*Manusia dan Agama*
Dalam lima sampai puluhan tahun
terakhir ini kerusuhan antar agama, main hakim sendiri atau perusakan milik
orang lain yang dianggap melanggar kaidah, bahkan sampai pengeboman
tempat-tempat ibadah sangat membuat kita menjadi tidak nyaman. Bahkan sampai penganut
agama Islam disebut sebagai “teroris” karena selama ini yang melakukan
pengeboman di tempat-tepat ibadah seperti gereja adalah umat Islam. Sampai saat
ini masih banyak di antara kita yang membeda-bedakan antar sesama, seperti
memilih teman yang hanya seiman atau seagama, selalu menjelek-jelekkan agama
lain, dan masih banyak lagi.
Saya ingin menceritakan beberapa
kisah tentang perbedaan agama yang juga diangkat dalam sebuah film yang
berjudul “Tanda Tanya”. Di sebuah wilayah tua di kota Semarang, ada masjid yang
letaknya tidak terlalu jauh dari sebuah gereja Katolik yang cukup megah. Di
sana memang selalu memiliki anggota keluarga yang beretnis atau memeluk agama
lain, hal ini tidak pernah menjadi masalah sejak dulu, bahkan sudah berjalan
seperti biasa.
Ada satu keluarga pemeluk agama
Konghucu yang memiliki restoran Cina yang bernama Tan Kat Sun, tetapi dia
sangat menghormati agama lain yang tinggal di sekitar rumahnya, cara memasak
dan semua peralatan masaknya dipisah antara yang halal dan haram. Ia memiliki
seorang anak laki-laki yang sangat berbeda prinsip dengannya yang bernama Ping
Hen. Karena ia sudah tua dan sakit-sakitan, maka ia menyerahkan usaha rumah
makannya itu kepada anaknya yang tadinya tidak mau meneruskan usaha orangtuanya
itu. Semua kebijakan-kebijakan yang selalu diterapkan kepada anak buahnya yang
menganut agama Islam dilanggar, seperti tidak memberikan waktu untuk beribadah,
dan hanya memberika hari libur satu hari ketika Hari Raya Lebaran dengan alasan
bisnis. Ketika itupun restorannya dihancurkan oleh warga sekitar yang sebagian
besar menganut agama Islam, karena ada keluarga mereka yang bekerja di restoran
itu tidak mendapatkan hari libur lebih yang biasanya lima hari menjadi satu
hari. Pemilik restoran yang sedang sakit pun ikut terpukul dan akhirnya
meninggal oleh salah seorang warga yang bernama Soleh, ia mempunyai istri yang
bekerja di restoran Cina tersebut yang bernama Menuk. Sebelum Menuk menikah
dengan Soleh, Menuk pernah menjalin cinta dengan Ping Hen. Menuk memilih menikah
dengan Soleh karena Soleh seiman dengannya, dan ia pun rajin beribadah.
Sehingga Ping Hen dan Soleh tidak pernah bersahabat, bahkan saling mengejek
ketika mereka bertemu.
Selain itu, ada seorang janda
beranak satu yang meneruskan usaha toko buku milik keluarga yang bernama Rika,
Rika belajar agama Katolik, ingin masuk keagama Katolik dan ingin dibaptis.
Sementara itu, anaknya yang bernama Abi tetap didorong untuk terus memperdalam
agama Islam. Rika bersahabat dengan Surya, seorang laki-laki yang mempunyai keinginan untuk
menjadi aktor hebat tetapi nasib berkata lain, ia hanya mendapatkan peran-peran
kecil seperti figuran. Karena Surya tidak mempunyai uang, ia tidak dapat
membayar kost dan akhirnya tinggal di masjid. Di film ini sangat menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang sebenarnya semu, khotbah Ustad ataupun Pastor intinya
sama. Ketika hari menjelang Paskah, Rika menawarkan Surya untuk mengikuti
casting di gereja tempat Rika beribadah untuk mengisi acara Paskah yang
biasanya diadakan drama pensaliban Yesus. Setelah Surya mengikuti casting
tersebut, ia diterima sebagai peran utama, yaitu sebagai Yesus. Surya yang
menganut agama Islam pun merasa bingung, dan akhirnya ia bertanya kepada
seorang Ustad. Ustad itu menjelaskan bahwa “yang terpenting adalah yang ada di
dalam dirinya.” Tujuan Surya menerima peran itu adalah hononarium.
Saat itu, rumah tangga Menuk dan
Soleh terguncang, Soleh merasa tidak pantas menjadi seorang suami karena saat
itu Menuk lah yang mencari nafkah untuk keluarganya. Dan pada akhirnya Soleh
mendapatkan pekerjaan yang kemungkinan akan membahayakan dirinya. Ketika ada
acara di gereja, Menuk dan karyawan-karyawan restoran Cina tersebut ditugaskan
untuk mengurusi konsumsi untuk pemeran-pemeran drama tersebut. Soleh pun
mendapat pekerjaan untuk menjaga gereja tersebut, untuk menghindari adanya
pengeboman. Ketika itu Soleh masuk ke dalam gereja dan melihat ada sebuah
kardus yang ternyata berisi bom. Dengan berfikir panjang akhirnya Soleh membawa
bom itu keluar gereja dan akhirnya meledak dipelukan Soleh. Soleh pun meninggal
atas kejadian tersebut.
Kehancuran restoran milik
orangtua Ping Hen membuat ia sadar dengan kebijakan-kebijakan ayahnya itu.
Akhirnya Ping Hen memperbaiki restorannya yang hancur dan mengubahnya dengan
restoran Cina Halal. Ping Hem mulai belajar tentang agama Islam dan akhirnya
Ping Hem menjadi mualaf dengan memeluk agama Islam. Ping Hen dan Menuk pun menikah dan menjalin rumah tangga dengan bahagia. Surya dan Rika pun juga menikah. Walaupun mereka menikah dengan agama lain, tetapi mereka sangat menghargai dan menghormati kewajiban-kewajiban pasangan mereka. Dan akhirnya wilayah tua
itupun menjadi damai dan tidak ada lagi yang saling mengejek antar agama, dan
semuanya menyatu tanpa membeda-bedakan agama.
Dalam kisah ini, dapat
disimpulkan bahwa kita harus saling menghargai, menghormati agama lain, dan
tidak membeda-bedakannya. Karena Tuhan kita pun tidak menyukai adanya
perselisihan.
“Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat adil kepada orang kafir yang tidak memusuhimu” (QS. Al-Mumtahanah : 8)
“Kasihilah sesamamu, seperti kamu
mengasihi dirimu sendiri” (Matius 22 : 36-40)
“Cinta sejati tidak pilih kasih,
tidak bersyarat, tidak melekat, dan selalu ingin berbagi pada sesama” (Budhist)
0 komentar:
Posting Komentar